Kamis, 27 Oktober 2011

Tips Pencegahan Kanker Serviks

Kanker serviks telah menjadi jenis kanker terbanyak yang diderita perempuan Indonesia. Di Asia Pasifik, setiap tahun ditemukan sekitar 266.000 kasus kanker serviks, 143 .000 di antaranya meninggal dunia di usia produktif.

Di seluruh dunia, setiap tahunnya terdapat kurang lebih 400.000 kasus baru kanker leher rahim, 80 persen di antaranya terjadi pada perempuan yang hidup di negara berkembang.

Mengingat insiden kanker serviks yang cukup tinggi, upaya seperti apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks? Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan kanker serviks.
Pencegahan Primer Kanker Serviks

Pencegahan primer dapat dilakukan melalui promosi dan penyuluhan pola hidup sehat, menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan hanya dengan satu pasangan, dan penggunaan vaksinasi HPV di mana vaksinasi ini dapat mengurangi infeksi HPV karena kemampuan proteksinya adalah sebesar >90%.
Pencegahan Sekunder Kanker Serviks

Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendasarkan pada risiko pasiennya yaitu pasien dengan resiko sedang dan tinggi. Pada pasien dengan resiko sedang, hasil tes Pap yang negatif sebanyak 3 kali berturut-turut dengan selisih waktu antar pemeriksaan 1 tahun dan atas petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien atau partner hubungan seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui, dianjurkan untuk melakukan tes Pap tiap tahun.

Pada pasien dengan resiko tinggi, bagi yang memulai hubungan seksual saat usia <18 tahun dan wanita yang mempunyai banyak partner hubungan seksual seharusnya melakukan tes Pap setiap tahun dan setiap 6 bulan sekali terutama untuk pasien dengan resiko khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang. Pencegahan Tersier Kanker Serviks Pencegahan tersier meliputi pelayanan di rumah sakit (diagnosis dan pengobatan) serta pelayanan paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.Tindakannya dapat berupa tindakan psikologis, fisik, spiritual. Bagaimana Efektifitas Vaksinasi Dalam Mencegah Kanker Serviks? Kebanyakan kanker serviks berkaitan dengan infeksi virus Human Papiloma (HPV). Karena itu, vaksinasi dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi. Tujuan vaksin profilaksis adalah untuk mencegah perkembangan infeksi HPV dan rangkaian yang mengarah ke kanker serviks. Agar efektif, wanita perlu divaksinasi sejak usia dini. Namun, hal ini tidak jelas apa bisa diterima pada populasi yang beresiko. Dengan diketahuinya infeksi HPV sebagai penyebab kanker serviks, maka terbuka peluang untuk menciptakan vaksin dalam upaya untuk mencegah kanker serviks. Dalam hal ini tujuan penemuan vaksin, yaitu vaksin sebagai pencegahan untuk memicu kekebalan tubuh humoral agar dapat terlindung dari infeksi HPV dan vaksin sebagai pengobatan untuk merangsang kekebalan tubuh seluler agar sel yang terinfeksi HPV dapat dimusnahkan.
Pemberian vaksin HPV dari berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan cost effective-nya baik pada populasi yang rutin melakukan pemeriksaan mulut rahim maupun yang tidak rutin melakukannya. Namun, akan sangat bermanfaat jika diberikan pada negara yang program pemeriksaan deteksi dini kanker serviksnya tidak bisa berjalan dengan lancar karena berbagai kendala.

Di negara yang sudah menjalankan program pemeriksaan dini kanker serviks secara berkala dengan benar, vaksin ini juga memiliki efektifitas yang sangat tinggi terhadap upaya pencegahan abnormalitas dari hasil pemeriksaan sel mulut rahim yang berkaitan dengan infeksi HPV tipe 16 dan 18.

Vaksin HPV memberikan respons kekebalan tubuh yang timbul pada infeksi alami dari virus HPV dan kadarnya menetap pada 48 bulan setelah divaksinasi. Bagaimanapun juga, infeksi HPV dapat berulang setelah beberapa tahun dan resiko mendapat infeksi baru sangat bergantung pada perilaku seksual.

Oleh karena itu, pendapat yang menyatakan bahwa booster alami pada individu yang mendapat vaksin dan kemudian mendapat paparan infeksi virus HPV setelah masa perlindungan vaksin belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Kadar antibodi kapsid pada infeksi alami HPV biasanya stabil pada beberapa tahun dan jika diikuti oleh 50% wanita akan menghasilkan seropositif pada 10 tahun setelah ditemukannya infeksi virus HPV pada daerah servikovaginal.

Vaksin profilaksis (pencegahan) akan bekerja efisien bila vaksin tersebut diberikan sebelum individu terpapar infeksi HPV. Imunisasi diberikan untuk melakukan perlindungan terhadap sejumlah besar penyakit yang dihasilkan oleh infeksi virus tersebut.

Sasaran populasi dari imunisasi ini adalah wanita sebelum masa puber dan usia remaja. Hal ini disebabkan pada usia-usia tersebut dimulainya aktivitas seksual seseorang. Selain itu, jika vaksin diberikan pada usia tersebut, maka respons kekebalan tubuh yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan dengan jika diberikan setelah pubertas, baik pada wanita maupun pada pria.

Vaksinasi secara rutin diberikan kepada wanita usia 11-12 tahun dengan 3 dosis pemberian. Serial vaksin bisa dimulai saat wanita tersebut berusia 9 tahun. Selain itu juga pemberiannya direkomendasikan untuk diberikan pada wanita usia 13-26 tahun yang tidak mendapat pengulangan vaksin atau tidak mendapatkan vaksin secara lengkap.

Masa depan dari vaksin profilaksis HPV ini cukup menjanjikan, tetapi penerimaan seluruh populasi heterogenous dengan tingkat pendidikan yang berbeda dan kepercayaan serta kultur yang berbeda akan tetap menjadi persoalan. Selain itu, tingginya prevalensi infeksi HPV mengindikasikan bahwa dibutuhkan puluhan tahun untuk mencapai program imunisasi yang sukses dalam usaha mengurangi insiden kanker serviks.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More